Ayatini terdapat dalam surah An Nahl. Surah An-Nahl (bahasa Arab:النّحل, an-Nahl, “Lebah”) adalah surah ke-16 dalam Alquran. Surah ini terdiri atas 128 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini dinamakan An-Nahl yang berarti lebah karena di dalamnya, terdapat firman Allah subhanahu wa ta’ala ayat 68 yang artinya Buatpermulaan, diturunkan di bawah ini tiga daripada ayat-ayat al-Qur'an yang mengandungi kalimat hayya, atau salam hormat berbunyi, "Seruan mereka di dalamnya ( syurga ), 'Engkau disanjung, ya Allah', dan salam hormat mereka, 'Salam', dan akhir seruan mereka, 'Segala puji bagi Allah, Pemelihara semua alam'" (10:10). Ciriciri bulan Ramadhan dalam Al-Qur'an dan hadits dijelaskan secara luas. Bulan suci Ramadhan adalah momen yang paling ditunggu dan dirindukan oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Banyaknya keistimewaan bulan Ramadhan, membuat umat Islam merasakan nikmatnya menjalani ibadah.Di bulan suci Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk Berikutini Adalah Lafadh Surat Ar Ra'd Beserta Terjemahannya dan Tafsirannya. 1. Alif laam miim raa [764]. ini adalah ayat-ayat Al kitab (Al Quran). dan kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya). [764] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian Wanitatua yang sufi itu selalu berbicara dengan mengutip ayat Al-Qur’an, sehingga disebut sebagai Si Lidah Al-Qur’an. Selama 40 tahun dia berbicara dengan memakai ayat al-qur’an, karna takut salah berbicara. Suatu kali Abdullah bin Mubarak, sufi yang terkanal pada awal sejarah sufisme di tanah arab, berangkat menunaikan haji ka tanah Haram. Sifatsabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa.Al-Qur’an mengaitkan sifat sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain di kaitkan dengan keyakinan, syukur, tawakkal, dan taqwa.mengaitkan satu sifat dengan banyak sifat mulia lainnya menunjukkan betapa istimewanya sifat itu.Karena sabar merupakan sifat mulia yang istimewa, . 7 Ayat Keselamatan Salamun ini dibaca masing-masing 7x setiap sehabis sholat subuh dan maghrib, InsyaAllah kita akan terbebas dari segala macam bahaya dan mendapat perlindungan Allah SWT1. Salamun Qaulam Mirrabbirrahim 7x2. Salamun Ala Ibrahim 7x3. Salamun Ala Nuhin Fil Alamin 7x4. Salamun Ala Musa Wa Harun 7x5. Salamun Alaikum Thibtum Fadhkhuluna Khalidin 7x6. Salamun Ala Ilyasin 7x7. Salamun Hiya Hatta Mat La'il FajrTelah kubaca ayat-ayat suci di dalam Qalam Ilahi, dalam surat As-Shaffat. Ada satu hal yang sangat membuat jiwa ini ikut merindukan untuk mendapatkannya. Di dalam surat As-Shaffat dikisahkan para Nabi dan Rasul yang mulia. Para utusan Allah tersebut mendapat ucapan salam. Sebuah salam yang sangat indah. Sangat indah sekali.. Karena salam itu berasal dari Ar-Rahim, Allah Yang Maha Penyanyang“Salamun ala nuhin fil alamin.”“Kesejahteraan Kami limpahkan atas Nuh di seluruh alam.”“Salamun ala ibrahim.”“Selamat sejahtera bagi Ibrahim.“Salamun ala musa wa harun.”“Selamat sejahtera bagi Musa dan Harun.”“Salamun ala ilyasin.”“Selamat sejahtera bagi Ilyas.”“Wasalamun alal mursalin.”“Dan selamat sejahtera bagi para Rasul.”Dan di surat Al-Ahzab 56 Allah berfirman“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”Assalamu’alaika ayyuhan Nabi warahmatullahi hanya kepada para Nabi dan Rasul, Allah Yang Maha Penyanyang masih memberikan salam. Salam untuk penghuni syurga.“Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan mereka. Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di syurga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta.“Salaamun qoulam mirrobbirrohiim”, Kepada mereka dikatakan “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” Yassin 55-58Ya Allah adakah salam dari-Mu untuk kami?Ya Allah kami sangat merindukan salam. Salam yang sangat indah amal apa yang sudah kami lakukan? Jauh sekali jika dibandingkan dengan para Nabi dan Rasul. Perjuangan mereka begitu besar, mereka melakukan semua perintah-Mu dengan setulus cinta pada-Mu. Maka sangatlah pantas jika mereka menjadi kekasih-Mu dan mendapat ucapan salam dari-Mu. Tetapi amal kami, sangat sedikit sekali tak mencukupi untuk mendapat salam dari-Mu. Bahkan kami lebih sering melalaikan perintah-Mu, sering Allah, ampunilah aku dan saudaraku sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau. Ya Tuhanku, masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. Aamiin Lihatlah 7 salamun dalam al qur an Jadi jika kita ingin selamat dunia akhirat dan mendapatkan banyak keutamaan jangan lupa membaca Al-Quran dengan istiqomah. Salamun Qaulam Mirrabbirrahim 7x. Pada dasarnya seluruh surat dalam Al-Quran sangat istimewa. Baca jugadalam dan 7 salamun dalam al qur an Angka 7 adalah angka yang pertama sekali disebutkan didalam AlQuran yaitu. Coba sama-sama kita lihat bagaimana hakikat dari keutamaan dari angka 7 ini dalam AlQuran. Salamun Ala Ibrahim 7x. Only Quran Hadith Al Quran Unke Burey Kaamon Ki Wajah Un Par Bhuk Quran Hadith Allah Salamun Hiya Hatta Mat Lail Fajr Telah kubaca ayat-ayat suci di dalam Qalam Ilahi dalam surat As-Shaffat. Ada satu hal yang sangat membuat jiwa ini ikut merindukan untuk 7 tips mengajarkan anak hafal Al Quran. Juga tidak menjadi masalah asal jelas dengan hakikat salam itu. 7 Salamun itu sendiri banyak versi yang ada. On Islam Ini 7 tips mengajarkan anak hafal Al Quran. Judul Surah On IslamFormat Surah DocxUkuran File Surah 7 salamun dalam al qur anTanggal post Februari 2018 Jumlah halaman surah 248 HalamanBaca On Islam On Quran Judul Surah On QuranFormat Surah DocxUkuran File Surah 7 salamun dalam al qur anTanggal post Mei 2021 Jumlah halaman surah 162 HalamanBaca On Quran Sidi Ali Cisse Sufi Sufism Islam Judul Surah Sidi Ali Cisse Sufi Sufism IslamFormat Surah DocxUkuran File Surah 5mb 7 salamun dalam al qur anTanggal post Agustus 2017 Jumlah halaman surah 284 HalamanBaca Sidi Ali Cisse Sufi Sufism Islam Ya Nabi Salam Alaika Lyrics Full Salato Salam Lyrics Medina Mosque Beautiful Islamic Quotes Al Masjid An Nabawi Barangsiapa Yang Membaca Yaasin Sepenuhnya Dan Pada Ayat Ke 58 Surah Tersebut Salaamun Qaulan Min Rabbin Rahi Kutipan Quran Kata Kata Indah Kata Kata Motivasi On My Din Judul Surah On My DinFormat Surah PDFUkuran File Surah 7 salamun dalam al qur anTanggal post Februari 2020 Jumlah halaman surah 233 HalamanBaca On My Din On Quran Quotes Judul Surah On Quran QuotesFormat Surah DocUkuran File Surah 7 salamun dalam al qur anTanggal post April 2019 Jumlah halaman surah 155 HalamanBaca On Quran Quotes Quran 13 Surat Ar Ra D The Thunder Arabic And English Translation Hd Quran 75 Surah Al Qiyamah The Resurrection Arabic And English Translation On Islamic Dua Judul Surah On Islamic DuaFormat Surah PDFUkuran File Surah 7 salamun dalam al qur anTanggal post Februari 2017 Jumlah halaman surah 174 HalamanBaca On Islamic Dua On Imaan Judul Surah On ImaanFormat Surah JPEGUkuran File Surah 6mb 7 salamun dalam al qur anTanggal post Maret 2017 Jumlah halaman surah 255 HalamanBaca On Imaan Itulah Artikel tentang 7 salamun dalam al qur an, , semoga bermanfaat. Disclaimer Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact Oleh Abdullah Alawi Gelar sarjana telah di pundakku beberapa bulan lalu dari perguruan tinggi di ibu kota. Ijazahku nilainya bagus-bagus. Aku sudah ditawari bekerja di beberapa perusahaan. Namun aku menundanya untuk istirahat dulu di rumah beberapa bulan untuk membicarakannya dengan ibu. Meski demikian, ternyata gelar sarjana itu tak berguna untuk sekadar masuk ke ruang depan di rumah orang tuaku sendiri. Aku sudah berkali-kali membukakan pintunya, tapi selalu urung. Seolah ada kekuatan yang menolakku, mendorong untuk mengatupkan daun pintunya kembali, perasaan bersalah yang besar. Suatu sore, aku menatap pintu ruangan itu sambil duduk di kursi sembari menikmati kopi dan singkong rebus yang disuguhkan ibu. Tapi rasanya tawar. Pikiranku melayang-layang pada pintu itu, ruangan itu, isinya, dan pada almarhum ayahku yang meninggal setahun lalu. Belum sempurna lamunan, pintu rumah ada yang mengetuk, uluk salam, dan langsung mendorong pintu. Di ambang telah berdiri tetangga dengan tangan menggenggam piring putih kosong. Piring itu menambah mumet pikiran. Bahkan aku merasa piring itu langsung dilemparkan ke kepalaku. Aku tak menjawab salam orang itu. Malah pergi ke kamarku kemudian mengunci pintunya. “Ini pasti Rabu wekasan,” jeritku dalam hati. Aku menangis sesunggukan di dalam kamar. Pikiranku kembali melayang-layang kepada ayah. Wajahnya, ubannya, pecinya, tasbihnya. Perkataan-perkataannya, saat-saat bersamanya bermunculan satu per satu. Begitu jelas. *** Ayah mengambil sebuah kitab lusuh agak tebal dari lemari jati yang tampak masih kokoh. Di lemari itu berderet kitab-kitab lain. Kitab yang tebal menyatu dengan yang tebal. Begitu pula yang kecil. Ada juga yang kelihatannya masih baru. Rata-rata kitab yang jilidnya tipis dilapisi dengan sampul. Ada yang dengan koran, bekas almanak dan ada yang memang benar-benar sampul. Ayah menyebut benda-benda itu dengan kitab kuning. Padahal menurutku, tidak kuning. Bahkan kitab yang baru diambilnya sudah berwarna coklat muda. Pinggir-pinggir halamannya sudah keriting seperti milikku ketika setahun dibawa pulang pergi ke madrasah tanpa tas. Mungkin tokonya sudah lupa menjual kitab itu karena pembelinya saja, ayahnya ayah, telah almarhum. Kemudian ia membuka jilidnya dengan perlahan seolah tidak ingin ada suara mengikutinya. Di jilid bagian dalam itu tampak tinta hitam tulisan tangan berbahasa Arab, berbaris rapi. Setiap baris tulisan diakhiri angka dengan huruf Arab juga. Ia meraba tulisan-tulisan itu sampai berakhir di satu barisan. Lalu membuka halaman-halaman dengan perlahan. Dan berhenti di angka sesuai akhir baris tulisan di jilid tadi. Ternyata ia tidak memulai dari daftar isi, melainkan dari catatan itu. Entah ayah yang membuatnya atau kakek karena konon ketika ayah nyantri, menggunakan kitab-kitab kakek. Di halaman itu, tampaklah rimba semut hitam kaku. Semut-semut itu kadang terjalin dalam satu susunan kalimat, ada juga yang sendirian. Di pengajian malam Jumat bersama bapak-bapak dan Jumat pagi bersama ibu-ibu, berdasarkan semut-semut itu, ayah bisa bercerita tentang para nabi atau sahabat dan para sufi, hukum-hukum yang rumit, perkataan-perkataan ulama, atau kisah-kisah orang alim. Ia bisa membacanya dengan lancar seperti orang kota membaca koran karena di saat senggangnya, ia sering sendirian terpekur di hadapan benda itu di ruangan paling depan rumahku. Tapi bagiku, jangankan bercerita, melihatnya saja bikin mata kunang-kunang. "Suatu saat, semut-semut ini harus bicara kepadamu," kata ayah. Dia memberi tekanan pada kata “harus”. "Bicara? Bagaimana caranya, Ayah?" "Kau harus belajar nahwu dan sharaf. Untuk bisa seperti itu, kamu harus nyantri. Ayah nyantri. Kakekmu nyantri. Ayahnya kakekmu juga.” Aku diam. “Sore ini Rabu wekasan. Rabu terakhir bulan Safar dalam penanggalan Hijriyah,” lanjut ayah sambil mengeluarkan pena bertinta jafaron yang warnanya kemerahan. Kemudian memanggil ibu di dapur untuk membawakan piring. Ibu dan kedua adikku datang. Ia menyerahkan piring putih berukuran besar. Kami mengerubungi ayah. Fokusnya kepada pena di atas piring. “Buat apa Ayah nulis di piring? Apa Ayah sudah tidak punya buku? Aku masih punya,” kata adikku yang pertama, berusia 6 tahun. Ayah tidak menanggapi. Adikku langsung ngeloyor pergi ke kamarnya. Ketika kembali, ia sudah menyodorkan bukunya. Tapi diambil ibu yang langsung membisikkan sesuatu di telinganya. Adik kemudian diam dan memerhatikan ayah. Kami tak ada yang bicara. Termasuk si bungsu. Tatapan kami tetap seperti semula, ke tangan ayah yang mulai bekerja, mencipta huruf dan rangkaian huruf Arab di atas piring dengan rapi sebagaimana aku lihat di halaman-halaman Al-Qur’an. Ukurannya menurutku seimbang. Selintas, sebagaimana di kitab kuning itu, huruf-huruf itu nyaris seperti barisan semut-semut, cuma bedanya yang ini berwarna merah. Juga barisannya tidak lurus, melainkan berputar ke dalam seperti lingkaran obat antinyamuk bakar. Ayah terus menulis dengan khusuk. Kami khusuk juga memerhatikannya. Semakin lama, semut-semut yang berbaris melingkar itu semakin berdesakkan. Kemudian tangan ayah berhenti persis di tengah-tengah piring. Dia meletakkan pena itu. Dan semut itu pun berhenti seolah jalan yang akan dilewatinya tercegat. "Kamu tahu Al-Qur’an berapa juz?” tanya ayah kepadaku. “Tiga puluh juz, Ayah.” “Berapa surat dan berapa ayat?” "Seratus empat belas ayat, dan enam ribu enam ratus enam puluh enam ayat.” "Nah, dalam ayat sebanyak itu, perlu kamu ketahui, dalam Al-Qur’an ada 7 ayat yang dimulai kata salamun. Salah satunya ada dalam surat Ya-Siin yang sering kita baca tiap malam Jumat. Kamu ingat?” “Ingat, Ayah.” “Coba bacakan!” “Salamun qaulam mirrabi rahim”. “Coba apa artinya?” Aku menggeleng kepala. Aku merasa ayah berlebihan meminta arti ayat kepada anak seusiaku. Ayah-ayah temanku sedesa, mungkin juga sekecamatan, sore itu dan sore-sore yang lain, tak mungkin ada yang bertanya arti ayat kepada anak kecilnya. Sementara ayah menatapku lekat-lekat. Inilah ayahku. Kalau pertanyannya tak terjawab, biasanya marah-marah, setidaknya melotot. Konon kakek dan buyutku juga seperti itu. Pertanyaannya selalu harus berjawab. Jika tidak bisa, membentaklah ia. Apalagi jika pertanyaan itu sudah biasa, ayah sering menghadiahi sapu lidi. Mau berlindung sama ibu adalah sia-sia. Karena ibu selalu berada di pihak ayah. Sedari ingat, aku diajari membaca dan menghafal tiap malam diakhiri dengan tangisan. Ayah dan ibu seolah tak puas kalau aku belum menangis. Beberapa bulan lalu, aku dimintannya mentashrif sebuah fi’il mudlari. Aku lupa, makanya dimarahi habis-habisan sampai mencucurkan air mata. Kemudian ayah mengguyurkan sedikit air putih dari ceret ke piring itu. Lalu menghapus-hapus dengan telunjuknya. Sekarang airnya kemerahan. Adikku yang pertama, tanpa komando, hendak turut menghapus dengan telunjuknya juga. Tapi tangan ibu keburu menahannya. Adik bungsu meronta-ronta di pangkuan ibu, sepertinya ingin turut berpartisipasi menghapus juga. Kemudian air itu dimasukkan kembali ke dalam ceret. Dan di piring itu tak ada satu pun semut yang tertinggal. “Ini adalah Rabu wekasan. Rabu terakhir bulan Safar,” kata ayah, “kalian harus meminum air ini. Guyurkan juga ke dalam bak mandi dan sumur, juga ke kolam di depan kobong. ” “Kenapa begitu, Ayah?” “Kamu akan tahu penjelasannya kalau kamu sudah bisa membaca kitab ini,” katanya. Tak lama setelah itu, beberapa orang tetangga uluk salam dan mengetuk pintu. Mereka membawa piring sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Kemudian ayah menulis di piring itu seperti tadi. Ketika ada yang datang lagi, ayah berbuat serupa. Namun, ketika menjelang maghrib, tetangga yang datang disuruhnya mengambil air dari sumur di dapur untuk dibawa pulang kemudian disatukan dengan air sumur dan minum walaupun setetes. “Dulu mah para santri juga ikut meminta salamun ,” kata ayah seolah berbicara kepada dirinya sendiri. Sekitar lima tahun lalu, di kobong masih ramai dengan santri. Bahkan sejak zaman buyutku. Tak pernah kurang dari 30 santri yang tinggal. Sedikit memang, tapi tak pernah kering. Mereka berasal dari desa dan kecamatan tetangga. Bahkan pada generasi awal, banyak yang dari luar kabupaten. Namun sekarang tinggal beberapa santri kalong. Santri tua telah pulang dan menikah, sementara anak-anak generasi baru, tak kerasan tinggal. Alasannya macam-macam. “Dulu, menurut kakekmu, salamun ini disimpan di saku para santri ketika menghadapi tentara Belanda datang ke desa sini. Buyutmu yang membuatnya, dituliskan dalam selembar kertas,” lanjut ayah bercerita. “Begitu juga ketika datang tentara Jepang, giliran kakekmu yang membuatnya. Tidak hanya para santri yang membawanya, tapi gerilyawan. Sekarang ayah. Kelak seharusnya kamu. Salamun itu tolak bala. Menurut kitab ini, Allah menurunkan berbagai macam penyakit di akhir bulan Safar. Nah, salamun itu tolak balanya, ” jelasnya. Kami tak ada yang berbicara. Adikku yang pertama pergi setelah meneguk segelas air. Kemudian berlari. Lamat-lamat terdengar suaranya agar meminum salamun entah kepada siapa. Sementara si bungsu menelusup ke dada ibu. “Zaman kakekmu, kobong itu dibakar Jepang karena mereka mengetahui tempat itu jadi persembunyian gerilyawan. Rumah kakekmu juga dibakar. Termasuk seluruh kitab kuningnya. Tapi santri selamat semua. Seluruh penduduk kampung mengungsi ke hutan. Sekembali dari pengungsian, kakek tak henti-hentinya menangisi kitab-kitab itu. Ketika zaman telah merdeka, santri berdatangan lagi. Tapi berbulan-bulan dia tak mengajari mereka. Ia masih sedih dengan kitab-kitab itu. Ia mau mengajar lagi ketika datang surat dari gurunya. Sedikit demi sedikit, ia membeli kitab. Semuanya masih terjaga di lemari jati itu. Sementara yang baru-baru, ayah yang beli. Kelak setelah tiada, kaulah dan adik-adikmu pemiliknya.” Enam bulan setelah ayah menulis salamun itu, selepas lulus SD, aku dikirimnya ke sebuah pesantren di kota kabupaten. Ayah menyuruhnya nyantri sambil sekolah, dan jangan dibalik. Tapi kenyatannya memang terbalik. Aku sekolah sambil nyantri. Pelajaran di sekolah lebih aku geluti daripada kitab-kitab kuning itu. Aku malas ngalogat apalagi mutholaah. Dan tak pernah bertanya apabila ada yang tidak mengerti kepada santri senior, apalagi langsung ke ajengan. Karena itulah aku sering kena ta’jir. Pelajaran di pesantren aku rasa tidak menarik sama sekali dan suasananya juga tidak asyik. Dari hari ke hari aku makin tidak kerasan dan sering menginap di rumah teman sekelas di sekolah. Semakin bertambahlah ta’jir untukku. Makin berlipat-lipat juga ketidakbetahanku. Ketika ayah mengetahui hal itu, aku pasrah mau dimarahi dengan cara apa pun. Aku kaget karena ternyata ayah tidak marah, melainkan diam. Namun pandangannya ke arah lain. Ada sesuatu di muka ayah yang coklat dan mulai keriput itu, entah apa namanya. Karena tidak ada reaksi, hal itu malah membangkitkan keberanianku untuk meminta sekolah saja. Ayah lagi-lagi diam. Di muka itu aku makin melihat ada bahasa yang panjang tapi tak diungkapkannya. Tapi herannya itu tak menjadi perhatianku karena keinginan hengkang dari pesantren terbuka. Ayah lalu bangkit tanpa sepatah kata pun. Kelak, aku mengingatnya sejak itu, ia jadi pendiam. Meski tak mendapatkan izin secara lisan, aku menafsirkan ayah mengabulkan keinginanku. Aku tinggal di kosan bersama teman lain yang berasal dari desa. Kesempatan itu aku manfaatkan sebaik-baiknya dengan belajar giat. Biaya sekolah aku ambil sebulan sekali melalui pintu dapur. Ketika aku mau berpamitan, ayah selalu tiada, seolah menghindariku. Selepas lulus, perjuanganku tidak sia-sia, aku mendapatkan beasiswa di perguruan negeri di ibu kota. Jurusan kupilih sendiri tanpa bermusyawarah dengan ayah. Dan kini aku jadi sarjana, tapi melihat piring kosong saja pergi, apalagi membuka perpustakaan kitab-kitab kuning ayah. Penulis adalah Nahdliyin kelahiran Sukabumi SEVEN SALAMS Seven verses of the Qur’an in which the word salam سلام, “peace,” occurs— Surah xxxvi. 58 “Peace shall be the word spoken unto the righteous by a merciful God.” Surah xxxvii. 77 “Peace be on Noah and on all creatures.” Surah xxxvii. 109; “Peace be on Abraham.” Surah xxxvii 120 “Peace be on Moses and Aaron.” Surah xxxvii. 130 “Peace be on Elias.” Surah xxxvii. 181 “Peace be on His apostles.” Surah xxxvii. 5 “It is peace until the breaking of the morn.” These verses are recited by the religious Muslim during, sickness, or in seasons of danger or distress. In some parts of Islam it is customary to write these seven verses of the Qur’an on paper and then to wash off the ink and drink it as a charm against evil. Based on Hughes, Dictionary of Islam Asalamualaikum dan salam Jumaat penghulu segala hari...izinkan kak rose nak tepek kat sini perkongsian dari wall fb untuk kita semua, terutama untuk diri sendiri mengamalkannya.. terima kasih dengan perkongsian ini..7 SALAMUNKegunaannya adalah untuk melembutkan hati musuh, menjinakkan binatang buas dan merawat penyakit. 1. Salamun Qaulam Mirrabbirrahim.سَلَـٰمࣱ قَوۡلࣰا مِّن رَّبࣲّ رَّحِیمࣲ[Surah Ya-Seen 58]2. Salamun 'Ala Nuhin Fil 'Alamiin.سَلَـٰمٌ عَلَىٰ نُوحࣲ فِی ٱلۡعَـٰلَمِینَ[Surah As-Saaffat 79]سَلَـٰمٌ عَلَىٰۤ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمَ[Surah As-Saaffat 109]4. Salamun Ala Musa Wa Harun.سَلَـٰمٌ عَلَىٰ مُوسَىٰ وَهَـٰرُونَ[Surah As-Saaffat 120]سَلَـٰمٌ عَلَىٰۤ إِلۡ یَاسِینَ[Surah As-Saaffat 130]6. Salamun Hiya Hatta Mat La’il Fajr سَلَـٰمٌ هِیَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ[Surah Al-Qadr 5]7. Wasalamun 'Alal Mursalin. Walhamdulillahi robbil 'Alamiin.وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِینَ ۝ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ[Surah As-Saaffat 181 - 182]Kegunaannya adalah untuk melembutkan hati musuh, menjinakkan binatang buas dan merawat penyakit.* Untuk merawat penyakit, bacakan ayat 7 salamun ini sebanyak 21 kali lalu tiup di air dan minum atau di buat mandi.* Untuk melembutkan hati musuh atau menjinakkan binatang buas, bacakan ayat ini 7 kali lalu tiup ke arah orang yang di tuju.* Amalkan ayat ini selepas solat. Jumlah wiridnya seikhlas Fb Rahmat Rahman Wallahu'alamPerhatian. Sebaiknya Baca Ayat 7 SALAMUN ini menggunakan Ayat Al Quran supaya tidak lari drpd

7 salamun dalam al qur an